Rabu, 01 Juli 2009

Dekadensi Moral

Dalam pemaparan visi-misi capres di sebuah stasiun televisi swasta, seorang budayawan bertanya pada seorang calon presiden: apa visi dan misi calon presiden tersebut untuk mengatasi penurunan moral bangsa, terutama di kalangan anak muda. Dan calon presiden tersebut menjawab bahwa salah satu program yang akan dia terapkan adalah dengan meningkatkan keimanan melalui pemdidikan agama.

Pertanyaan dan jawaban tersebut justru menimbulkan pertanyaan lagi bagi saya. Bukan sebuah pertanyaan tentang detail dari visi dan misi capres, melainkan tentang penurunan moral. Mengapa akhir-akhir ini orang kerap berbicara tentang moral bangsa yang menurun? Mengapa dikatakan bahwa kini orang-orang mengalami dekadensi moral? Apa ukuran dari dekadensi moral yang dimaksud?
Selama ini dikatakan bahwa dekadensi moral terjadi karena kita melihat tindakan yang dilakukan oleh orang-orang sekarang, yang lebih ‘tidak berbudi’. Saat ini orang miris melihat anak muda menikmati seks dengan begitu bebas, orang-orang yang mengandalkan segala cara untuk mendapatkan uang, dan sebagainya. Dulu orang-orang tidak melakukan itu, tidak mengandalkan cara-cara kotor demi ambisi, anak-anak muda pun masih ‘sopan’, tidak bandel seperti sekarang.

Sebuah Perbandingan
Jika berasumsi bahwa saat ini terjadi dekadensi moral, mengacu pada penjelasan zaman dulu akhlak manusia lebih terpuji dibandingkan sekarang, maka dekadensi moral bukanlah sebuah hal yang muncul tiba-tiba. Mungkin istilah “dekadensi moral” baru muncul saat ini, tapi keberadaan dekadensi moral yang berarti penurunan moral sudah ada dan terus ada. Dekadensi moral bukan hanya milik orang-orang sekarang, dan tidak hanya terjadi di abad 21 ini.
Dekadensi moral terus terjadi, tiap tahun, bahkan tiap detik! Mengapa? Karena jika melihat saat ini masyarakat berbicara tentang adanya penurunan moral, maka intinya hanya terletak pada perbandingan. Bagaimana membandingkan manusia dulu dan sekarang. Dulu, akhlak manusia lebih baik; sekarang lebih ancur; di kemudian hari akhlak manusia lebih hancur lagi.
Kita bisa mengambil contoh sebuah dekadensi moral tahun 60-an. Pada saat itu anak-anak muda sudah kenal ganja, dan gaya hidup serba bebas. Mungkin buat orang sekarang dua hal itu bukan hal-hal yang aneh. Tapi bandingkan moral tahun 60-an dengan moral tahun 40-an. Ganja dan gaya hidup bebas tentunya barang yang ‘aneh’ dan ‘tercela’ pada masa itu. Berarti ada dekadensi moral, kan, tahun 60-an? Lalu tahun 40-an dekadensi moral juga terjadi jika dibandingkan dengan tahun 20-an. Dan begitu seterusnya. Dekadensi moral terus terjadi, karena kita juga terus membandingkan dengan zaman sebelumnya.
Jika dikatakan bahwa orang-orang sekarang lebih manja, dan lebih malas, saya rasa kurang tepat. Tidak ada ukuran yang pasti tentang hal tersebut. Mungkin jika dibandingkan dengan mereka yang hidup tahun 20-an, masyarakat sekarang memang lebih manja. Tapi belum tentu kita saat ini lebih malas dan lebih manja daripada mereka yang hidup dua puluh atau tiga puluh tahun lagi.

Implikasi Kemajuan Zaman
Sebenarnya (selalu) munculnya dekadensi moral harus dilihat juga dari konteks zamannya. Perkembangan zaman menimbulkan dampak positif dalam hal teknologi, tapi berdampak buruk pada moral manusia. Manusia menjadi semakin ‘liar’ karena tuntutan hidup yang makin tinggi. Kalau dulu manusia hanya butuh sandang, papan, dan pangan, maka kini bertambah lagi, pendidikan. Bertambahnya kebutuhan ini tidak lepas dari usaha manusia untuk dapat bertahan di tengah sengitnya kompetisi antar manusia untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.
Perkembangan zaman menjadikan moral manusia semakin turun. Karena pada akhirnya manusia mengandalkan berbagai cara untuk bertahan. Inilah yang akhirnya memicu munculnya dekadensi moral. Padahal zaman yang semakin berkembang tidak bisa dihindari, sama dengan tidak bisa menghentikan waktu untuk terus berputar. Jadi dekadensi moral tak terhindarkan. Peningkatan keimanan adalah salah satu cara untuk perbaikan moral. Dalam hal ini perbaikan moral bukan berarti menghentikan penurunan moral, tapi memperlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar